Profil

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Seorang penikmat dunia dan hidup untuk menikmati dunia. dan seorang yang selalu ingin bercinta dengan harmonica

REFLEXI SUKACITA RENTA

Baru saja berlangsung suatu ibadah yang ceria, tetapi penuh dengan pendalaman makna dan baru kali ini aku rasakan ibadah seperti itu.
Ibadah yang diselenggarakan oleh salah satu gereja yang berisikan jemaat yang tidak seperti biasanya, kali ini aku bersama teman-teman berkunjung ke sebuah gereja di daerah Jakarta Pusat, gereja tersebut sedang mengadakan kebaktian yang terlihat seperti sebuah acara kebaktian untuk anak-anak. Cukup menggelitik saat aku mendengarkan dari pintu masuk gereja itu, sambil bertanya dalam hatiku “manusia macam apa yang ada sedang beribadah di dalam?”
Saat memasuki ruang ibadah, aku langsung menghampiri beberapa temanku yang telah lebih dulu masuk, dan duduk di bangku urutan ketiga dari depan, kutengokan kepalaku ke sebelah kanan, dan satu per satu kulihat wujud dari jemaat, mulai paling terdepan sampai paling belakang, sambil terdengar suara Pendeta wanita yang sedang membawakan khotbahnya suara yang tidak menjadi fokusku karena saat itu aku hanya fokus menatap kesekitar isi dari jemaat gereja itu.
Memang baru kali ini pertama dalam hidupku maka tidak heran jika awal masuk aku merasa aneh, karena tidak seperti beberapa gereja yang pernah aku masuki yang lebih fokus saat pendeta berkhotbah, atau khusyuk dalam menjalankan ibadah. Sedikit pemuda, anak-anak yang dapat dihitung dengan satu telunjuk jari, dan beberapa orang tua renta yang tetap setia memuji Tuhan. Setelah puas aku memandangi mereka, barulah aku berubah haluan menjadi fokus kepada kotbah pendeta yang saat itu membawakan firman tentang sukacita dalam setiap keadaan, situasi, dan kondisi, dalam bahasa sehari-harinya bisa disebutkan “bawa nyaman, bawa asik, dan nikmatiin aja hidup ini”, akan tetapi dalam sukacita itu kita harus juga tetap berusaha.
Setelah selesai mendengarkan khotbah dari pendeta, jemaat termasuk saya didalamnya mulai menyanyikan lagu yang berjudul Saya mau Iring Yesus, tiba-tiba saja saat lagu itu dinyanyikan hati saya seperti terkena suatu pukulan yang sangat keras, tanpa terasa mataku pun berkaca. Ya, ternyata aku terbawa emosi jiwa melihat para jemaat yang ternyata mereka adalah orang-orang yang bisa dibilang berada dalam status social/ekonomi kelas super bawah, ditambah lagi kami para panitia yang seharusnya hadir bersama kami, tidak terlihat batang hidungnya, dan keadaan panitia yang kejelasannya pun kalau ditanyakan kepada aku, aku akan menjawab “entahlah” di tambah lagi rasa malu dan iri kepada mereka yang terus masih setia kepada Tuhan disaat umur mereka yang memaksa mereka harus berjalan tertatih-tatih,keadaan mereka yang “makan ndak makan”, tetapi masih bisa bersukacita, bersyukur, dan setia atas karunia-Nya. Sungguh suasana yang mau tidak mau memaksa aku untuk mereflexikan diri dan menginstopeksi diri. Walaupun kami kesana dengan tujuan hanya berupa program bakti sosial berupa pembagian sembako untuk mereka, tetapi entah karena apa aku seperti dapat merasakan hidup mereka, rasa syukur mereka adalah pelajaran untuk hidupku. Belajar kembali untuk bertepuktangan memuji nama-Nya, haus akan kasih dan pengetahuanNya karena walaupun,seperti apapun kaya atau miskinnya seseorang, cerdas atau bodohnya seseorang, terpandang atau tidaknya seseorang mereka mempunyai satu nasib yang sama yaitu akhir hidup manusia, dimana kita akan menanggalkan semua yang kita miliki di dunia ini.
Natal kali ini sungguh berkesan karena aku telah mendapatkan pelajaran yang telah sama aku pelajari, tetapi telah lama juga aku hindari bahkan aku tinggalkan yaitu rasa syukur, sukacinta yang diajarkan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

** berkatalah dengan bijak

Shoutbox Chat