“Polisi hanya jaga di jalur busway saya, jalur umum tidak diurusin jadinya kita kena macet, mereka dapet duit, sama aja kaya koruptor!” begitulah yang dikatakan seorang pengemudi angkot jurusan kp. Melayu-Senen saat melewati sepanjang jalur melayu sampai Kb. Pala.
Memang sungguh tragis melihat situasi jalanan, sekitar 10 Polisi berdiri menjaga dan berada di wilayah tersebut, tetapi kemacetan panjang terus menghantui pengguna jalan Kp. Melayu-Kb. Pala. Benar-benar terlihat petugas lalu lintas di daerah tersebut hanya mementingkan pribadinya tanpa menghiraukan pengguna jalan, terlihat saat di depan RS. Hermina Jatinegara dan Kb. Pala petugas lalu lintas hanya menjaga jalur busway untuk menilang kendaraan-kendaraan pribadi yang melalui jalur busway, tanpa menghiraukan jalur umum di sampingnya yang begitu macet.
Jika dilihat dari posisi dan tidak menghiraukan kemacetan jalan umum memang sepertinya layak perkataan pengemudi angkutan umum tentang petugas lalu lintas dan kemungkinan hal ini terjadi karena tidak puasnya petugas keamanan dengan gajinya sehingga membuat mereka suka mencari keuntungan tambahan di jalanan dengan cara menilang pengguna jalan yang melewati jalur busway, yang terkadang juga dalam kegiatannya ini petugas dibantu oleh pengemudi Busway dengan cara memberhentikan Busway yang dikendarainya di depan petugas, sehingga mempermudah kegiatan aneh petugas tersebut, memang sebuah jalinan kerjasama yang baik antara petugas dan pengemudi Busway.
“kalau sudah ditilang, polisi itu lama sekali introgasinya, padahal ujung-ujungnya mengarah kedamai, minimal kalau mau damai harus keluar Rp. 50.000 buat kantong polisi-polisi.”kata pengemudi angkutan umum itu lagi. Jika kita memeperhitungkan pada biaya yang harus dikeluarkan untuk berdamai dengan petugas, sangat menyenangkan menjadi petugas lalu lintas, tak perlu lelah melambai-lambaikan tangan, tidak perlu menghiraukan kemacetan lagi, yang terpenting uang terus mengalir dari jalur busway. Kesadaran masyarakatkpun sungguh rendah, hanya diam saja dan menyimpan kesal di dalam hatinya karena ketidakberanian dan kepasrahaan masayarakat. Padahal sangat terasa karena hal tersebut masyarakat pengguna jalan rugi waktu.
Masyarakat hanya dapat pasrah melihat dari kemacetan kosongnya jalur busway yang dibangun dari uang hasil pembayaran pajak mereka, tanpa bisa menikmati dan menggunakan jalur busway itu sebagai solusi kemacetan karena takut ditilang memang sesuai dengan keputusan tentang pensterilan jalur Busway koridor V Kp. Melayu-Ancol dan telah dilakukan uji coba selama sepuluh hari, tapi sunggu tidak nyaman untuk didengar jika alasan gubernur untuk mensterilkan jalur Busway karena Busway adalah transportasi rakyat yang lebih nyaman dan lebih irit waktu, jadi harus ada kenyaman untuk para penumpang. Sebuah alasan yang tidak seimbang dengan kenyataannya, karena dengan jelas kita dapat melihat isi dari penumpang Busway sering kali melebihi kapasitas, dan spesialisasi busway ini terkadang membuat pengemudi Busway lalai dalam mentaati peraturan lalu lintas yang berlaku, seperti sering menerobos lampu lalu lintas yang sudah menunjukkan lampu merah. Seharusnya juga jika memang perlu diadakan sterilisasi harus dilakukan dengan baik, tanpa memikirkan kelas, karena masih dapat dilihat para pejabat negara melewati jalur Busway dengan tenang, tanpa harus merasakan kemacetan.
Dirasakan sangat perlunya pengetahuan masyarakat tentang Peraturan-peraturan yang berlaku dan pendidikan ulang tentang lalu lintas agar semua pengguna dan pengatur dapat mengerti apa hak dan kewajibannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Petugas pun dapat mengerti apa tugas sebenarnya di jalanan dan bukan hanya mementingkan keuntungannya dari pengguna jalur Busway yang terkadang juga tidak mengetahui aturan yang sosialisasinya masih kurang.
Profil

- Andriy Mandals
- Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
- Seorang penikmat dunia dan hidup untuk menikmati dunia. dan seorang yang selalu ingin bercinta dengan harmonica
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
** berkatalah dengan bijak